Santun persada adat warisan,
Tema bahagia BISIKAN HATI,
Pantun anda ku buat hiasan,
Irama nostalgia pastikan menanti.
Salam diungkap bertenun suara,
Bisikan hati menjadi pengalas;
Dalam bercakap pantun berbicara,
Akan pasti sudi berbalas.
Di tepi tasik sang puteri menari,
Menadah bijana menyapa perahu;
Hati membisik dari naluri,
Gundah gulana siapa yang tahu.
Sedap dipandang buatan seni,
Dahan jati berpasak bakau;
Tetap bertandang ingatan murni,
Bisikan hati si anak rantau.
Berbulan menanti pekasam ikan,
Bersudu sayur maung selasih;
Bisikan hati karam di lautan,
Rindu bertabur di lambung kasih.
Setangkai timun hendak dimasak,
Makan cili bersudu kerangan;
Ku intai-intai namun tak nampak,
Bisikan hati rindu bayangan.
Tekad peniti di kain baldu,
Jambangan dilekat ada bergaya;
Hajat hati ingin membantu,
Tangan ku cacat tiada berdaya.
Ikan mati terkena asid,
Bertemu belida di bawah sungkup;
Bisikan hati membina masjid,
Ilmu di dada belumlah cukup.
Dahan meranti tumbuh mempelam,
Hajat Tok Baba menjamah beri;
Bisikan hati di separuh malam,
Munajat hamba istiqomah diri.
Entah bukan pedati lembu,
Hendak disuruh tak izin pula;
Dengarlah bisikan hati ibu,
Anak yang jauh teringin berjumpa.
Ke Pekan Penanti bersolat Dhuha,
Sedikit terang mengusung waktu;
Bisikan hati bonda yang tua,
Sakit seorang menanggung rindu.
Tarah kayu di depan hutan,
Petik cemara di titi pinang;
Marah itu bisikan syaitan,
Cantik bicara berhati tenang.
Bersuap makan berulam sayuran,
Sekejap durian kedondong jamahnya;
Setiap tindakan bersulam aturan,
Setiap kejadian terkandung hikmahnya.
Di tepi tasik menunggu bekal,
Santun Pak Tani anak siapa;
Hati membisik seribu soal,
Pantun ku ini tidak seberapa.
Putih kasa berikat sendat,
Skaf dipakai hampir ke pipi;
Terkalih bahasa bersekat adat,
Maaf ku sampai secangkir kopi.
No comments:
Post a Comment