Alert:

PERHATIAN:Artikel yang disiarkan disini merupakan pandangan peribadi penulis! Tiada berkaitan dengan mana-mana organisasi. Penulis tidak akan bertanggungjawab diatas mana-mana artikel atau laporan yang di salin dari sumber lain

Followers

Wednesday 27 November 2013

Pantun Bisikan Hati

Santun persada adat warisan,
Tema bahagia BISIKAN HATI,
Pantun anda ku buat hiasan,
Irama nostalgia pastikan menanti.

Salam diungkap bertenun suara,
Bisikan hati menjadi pengalas;
Dalam bercakap pantun berbicara,
Akan pasti sudi berbalas.

Di tepi tasik sang puteri menari,
Menadah bijana menyapa perahu;
Hati membisik dari naluri,
Gundah gulana siapa yang tahu.

Sedap dipandang buatan seni,
Dahan jati berpasak bakau;
Tetap bertandang ingatan murni,
Bisikan hati si anak rantau.

Berbulan menanti pekasam ikan,
Bersudu sayur maung selasih;
Bisikan hati karam di lautan,
Rindu bertabur di lambung kasih.

Setangkai timun hendak dimasak,
Makan cili bersudu kerangan;
Ku intai-intai namun tak nampak,
Bisikan hati rindu bayangan.

Tekad peniti di kain baldu,
Jambangan dilekat ada bergaya;
Hajat hati ingin membantu,
Tangan ku cacat tiada berdaya.

Ikan mati terkena asid,
Bertemu belida di bawah sungkup;
Bisikan hati membina masjid,
Ilmu di dada belumlah cukup.

Dahan meranti tumbuh mempelam,
Hajat Tok Baba menjamah beri;
Bisikan hati di separuh malam,
Munajat hamba istiqomah diri.

Entah bukan pedati lembu,
Hendak disuruh tak izin pula;
Dengarlah bisikan hati ibu,
Anak yang jauh teringin berjumpa.

Ke Pekan Penanti bersolat Dhuha,
Sedikit terang mengusung waktu;
Bisikan hati bonda yang tua,
Sakit seorang menanggung rindu.

Tarah kayu di depan hutan,
Petik cemara di titi pinang;
Marah itu bisikan syaitan,
Cantik bicara berhati tenang.

Bersuap makan berulam sayuran,
Sekejap durian kedondong jamahnya;
Setiap tindakan bersulam aturan,
Setiap kejadian terkandung hikmahnya.

Di tepi tasik menunggu bekal,
Santun Pak Tani anak siapa;
Hati membisik seribu soal,
Pantun ku ini tidak seberapa.

Putih kasa berikat sendat,
Skaf dipakai hampir ke pipi;
Terkalih bahasa bersekat adat,
Maaf ku sampai secangkir kopi.


No comments:

Post a Comment